Pedagang Takjil; Kalau Tidak Untung, Insya Allah Dapat Berkah

Pedagang Takjil; Kalau Tidak Untung, Insya Allah Dapat Berkah
Oleh: Ickur
(Komunitas Disorientasi)

Jalan dari arah Asrama Haji menuju Pasar Manggar lumayan sepi siang ini, mungkin karena bertepatan dengan beberapa momentum; pertama, cuti bersama Hari Nyepi. Kedua, hari pertama Ramadhan 1444 H. Ketiga, nampaknya inilah faktor determinan penyabab jalan poros ini sepi adalah hujan gerimis yang bekasnya masih nampak menggenang di sana sini.

Aku menyusuri jalan yang masih lembab untuk membeli gas subsidi yang kudapati harganya bervarian di beberapa tempat, langganan tempatku menukar tabung gas kosong dengan yang berisi kehabisan stok, di tempat ini lebih murah, harganya tiga puluh lima ribu, sedangkan yang di jual di warung sepanjang jalan yang kulalui dikisaran harga empat puluh ribu rupiah.

Sembari mencari gas dengan harga yang lebih murah, aku menghitung warung takjil yang mulai menggelar jajanan di beberapa tempat. Dari tampilannya, terdapat tiga jenis stand kuliner; yang pertama, sangat sederhana nyaris tanpa konsep. hanya ada satu atau dua meja untuk menggelar kue-kue atau aneka lauk pauk. Yang kedua, yang terkonsep dan tertata lebih rapi seperti stand kuliner yang ada di depan perpustakaan Manggar. Dan yang ketiga, warung permanen yang bermetamorfosis jadi pedagang menu buka puasa.

Dari arah arah Asrama Haji sampai ke Jembatan Manggar, di sebelah kiri jalan ada empat belas titik stand takjil atau menu buka puasa. Pada arah ini ada dua tempat yang paling ramai yaitu di depan Perpustakaan Manggar dan beberapa puluh meter ke depan menuju arah Pasar Manggar. Sementara di seberang jalan atau arah sebaliknya, rerdapat enam titik pedagang kuliner spesial takjil, titik teramainya ada di dekat depan jalan Lumba-lumba, yang ini adalah pedagang nasi kuning dan aneka kue untuk sarapan di pagi hari yang menggeser jam operasionalnya ke siang hari.

Karena ini adalah hari pertama Ramadhan, bisa saja jumlah pedagang musiman yang menawarkan menu berbuka puasa ini berkurang atau bertambah. Tergantung dari seberapa besar antusias konsumen dalam merespon komoditas yang ditawarkan.

Mengenai menu takjil yang dijajakan tersebut secara detailnya aku belum tahu, soalnya aku keluar rumah kali ini bukan untuk mencari menu berbuka puasa, tapi untuk membeli “gas” dan bahan-bahan yang akan diolah istriku menjadi kue. Setelah jauh melewati Pasar Manggar, akhirnya aku menemukan tempat untuk menukar tabung gas yang hargamya lebih murah, tiga puluh tujuh ribu rupiah.

Kondisi jalan masih sepi saat aku memutar arah motor menuju ke rumah. Semoga Ramadhan tahun ini membawa berkah bagi kita semua, serta mendatangkan keuntungan bagi para pedagang musiman tersebut, karena aku juga pernah menjadi pedagang takjil, jual titip di lapak Ramadhan depan Perpustakaan Manggar. Meski hanya bertahan beberapa hari, paling tidak aku paham kalau ada kalanya jualan laris dan ada kalanya bersisa banyak. Saat itu niatanku dari awal, jika ada kue yang tersisa maka akan aku sedekahkan kepada orang-orang yang tadarrus di Masjid setelah shalat tarawih. Kalau tidak dapat untung, insya Allah dapat berkah.*

Selengkapnya...

Terkait

Back to top button