Menembus Perangkap Ruang dan Waktu

Oleh: Ickur
(Penggagas Komunitas Disorientasi)

Tadi malam aku nonton film di netflix, judulnya “Jumper”. Berdasarkan info dari Wikipedia.org, Film ini dirilis pada 14 Februari 2008, sudah lumayan lama jika dihitung dari rentang waktu rilis dengan waktu aku menonton film ini, sekitar 16 tahun. Tapi, yang namanya film fantasi, ya begitu, tetap seru dan memanjakan imajinasi meski sudah terkesan jadul.

Tulisan ini bukanlah spoiler, sinopsis, ataupun rangkuman cerita untuk keperluan bedah film. Tulisan ini tak lebih dari pengisi waktu luang untuk memuntahkan kesan yang menumpuk di kepala setelah menuntaskan film Jumper subuh tadi.

Dari pada mengisi waktu luang mengutak atik smatphone dengan siklus berulang; WA, Youtube, Medsos, dan lain-lain, lebih baik memutak atik kalimat dengan menggunakan apa yang disebut oleh Emmanuel Subangun dalam “Negara Anarkhi” sebagai “hukum permutasi kombinasi” Kata, dengan merangkai kata, membentuk kalimat, kemudian menyusun paragraf untuk menjadi tulisan yang mudah-mudahan utuh.

Di lain waktu, aku telah menyelesaikan film “Time Trap” Juga di netflix. Time Trap waktu rilisnya jauh lebih muda dari Jumper yaitu tahun 2017, sekitar dua tahun sebelum Covid 19 menggegerkan dunia. Untuk mengetahui alur cerita kedua film ini, dan film yang akan aku sebutkan nantinya dalam tulisan ini, silakan nonton sendiri ya. Untuk bisa mengakses aplikasi netflix secara ekonomis, silakan di-googling. Sudah pernah juga ku jelaskan dalam tulisanku yang lain tentang cara mengakses netflix bukan untuk pemula tapi untuk orang dengan penghasilan bulanan level menengah ke bawah.
###

Jumper ini sebenarnya kujadikan tontonan pengantar tidur, dan berhasil karena aku benar-benar tertidur beberapa menit setelah film ini berlangsung. Dan ku lanjutkan lagi tontonan ini setelah shalat subuh.

Tidak seperti Time Trap yang menampilkan adanya “beberapa perbedaan waktu dalam satu ruang yang sama”. Jumper bercerita tentang ruang yang bisa ditembus dalam “waktu yang sama”. Maksudnya begini, untuk bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan jarak ratusan kilo meter dibutuhkan waktu yang lama, bisa berjam-jam. Nah, dalam film Jumper, beberapa orang diceritakan mampu melakukan perpindahan ruang dengan waktu yang sangat cepat, kalau bisa disebut mungkin hanya butuh waktu sepersekian detik. Tentu kemungkinan seperti ini adalah hal yang lazim dalam dunia fiksi.

Kalau dalam film-film yang menceritakan tentang “mesin waktu” di mana masa lalu dan masa depan bisa diakses dengan menggunakan alat tertentu, maka Time Trap menggambarkan adanya ruang yang bisa memperlihatkan perbedaan waktu yang sangat signifikan. Ada ruang atau sebut saja “ruang” ini sebagai tempat untuk mempermudah pemahaman, yang waktunya berjalan sangat lambat, ada juga tempat yang waktunya berjalan sangat cepat.

By the way, apa kalian pernah mendengar ada orang di dunia nyata yang mampu berpindah ruang seperti dalam film jumper? Atau apa kalian pernah mendengar ada tempat yang bisa memperlihatkan waktu yang sangat signifikan secara bersamaan, di mana masa lalu, masa kini, dan masa depan berlangsung secara bersamaan dalam satu tempat?. Ya, jawabannya adalah Doraemon!!! Wkwkwk.

Doraemon kan kartun jadul asal Jepang yang punya mesin waktu di laci meja belajar Nobita, dan juga punya pintu ke mana saja. Berbeda dengan Doraemon, ada juga orang yang diceritakan oleh masyarakat di sekitar kita dari mulut ke mulut bisa berada di tempat yang sama pada waktu yang sama.

Tentu sulit membuktikan kebenaran cerita ini secara faktual, bukan bermaksud mengatakan cerita seperti ini adalah omong kosong, terserah orang percaya atau tidak karena keyakinan tidak bisa dibantah dengan keyakinan yang lain. Maksudku cerita-cerita seputar ruang dan waktu bukan hanya milik film netflix atau pun fiksi ilmiah, cerita sejenis ini juga ada dan mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat di sekitar kita.

Bahkan beberapa waktu lalu sempat terjadi kontroversi karena dalam ceramahnya seorang pemuka agama menceritakan kisah seseorang yang merupakan leluhurnya sendiri bisa pulang pergi melintasi ketujuh langit untuk bertemu Tuhan sebanyak 72 kali dalam sehari semalam.

Apakah itu mungkin?. Silahkan nonton Jumper.*

Jumat, 3 Mei 2025
Pesantren Miftahul Ulum
Manggar – Balikpapan
Ketika rintik gerimis masih bercucuran.

Selengkapnya...

Terkait

Back to top button