Dunia Sensasi; Bayang-Bayang Kematian

Dunia Sensasi; Bayang-Bayang Kematian
Oleh: Ickur
(Komunitas Disorientasi)

Suatu subuh aku terjaga dari tidur, kepalaku terasa pening, aku mencoba bangkit dari pembaringan tapi pandangan malah berputar bagai gasing, berkunang-kunang dan akhirnya aku kembali roboh meluruskan badan di kasur yang sama sekali tidak empuk. Kututup mata untuk mengusir rasa pening di kepala, tapi yang muncul justru rasa mual yang memaksa untuk memuntahkan apa yang ada dalam perut.

Sajak saat itu aku merasa ada masalah di kepalaku, karena tiap hari terasa pening. Seperti ada air yang tergenang di dalam kepalaku. Aku mengira-ngira, jangan-jangan ini kanker otak. Saking tidak tahannya dengan rasa pening yang datang tiap saat, aku terpaksa datang ke klinik untuk konsultasi kesehatan. Sakit apa gerangan yang kualami?, sungguh mengganggu!, merusak semua jadwal kerja yang menjadi rutinitasku sehari-hari.

Saat konsultasi di klinik, kata dokter aku terkena vertigo, ini dipicu oleh peningkatan asam lambung. Jadi harus menghindari beberapa makanan terutama yang bersantan, berminyak dan kue campuran coklat,

“untuk sementara ngopinya dikurangi,” kata bu dokter.

Aku tidak suka cara dokter ini memberikan saran dan nasehat kesehatan, aku merasa ditekan secara mental, makanya aku balas dengan cara “ad hominem” dengan memanggil dia “dokter gendut”. Ini tidak kulakukan terang-terangan di depannya, tapi ke tiap orang yang menjadi tempat curhatku. Cara yang kulakukan ini jelas “sesat pikir’ karena membalas gagasan ilmiah dengan “serangan fisik”; menyoroti bagian fisik seseorang untuk menghina.

“Gak ada gunanya bapak dikasih obat kalo masih makan pantangan” kata bu dokter Gendut.

Selama mengkonsumsi obat yang diberikan dokter yang katanya harus dihabiskan, aku benar-benar menghindari makanan yang dilarang untuk dikonsumsi, tapi setelah obatnya habis, aku kembali ke aktivitas awal, di pagi hari saat menanti waktu kerja, aku menyeduh kopi susu dipadu dengan pisang goreng dengan taburan gula merah yang menggugah selera.

Menikmati suasana santai dengan menyesap kopi susu, membuat imajinasi berputar ke mana-mana. Pada moment seperti ini aku akan menghadirkan dunia yang sama sekali berbeda dengan realitas yang tengah berlangsung dan kualami. Dunia yang aku bangun sendiri dalam angan-anganku di mana aku adalah pemeran utama yang mengendalikan semua yang ada di sekitarku sesuai dengan apa yang kuinginkan. Di dunia ini aku bebas mendapatkan apa yang kuinginkan, bebas berbuat apa saja tanpa aturan yang bisa melarangku.

Coba bayangkan ketika kenikmatan yang berada di “dunia angan” seperti itu tiba-tiba harus lenyap karena penyakit yang sama sekali asing, terdengar sederhana saja tapi menguras fisik dan mental.
###

Aku tidak percaya sepenuhnya sama penjelasan dokter di klinik itu, aku menganggap Ia terlalu menyederhanakan masalah, aku malah menyangka kalau aku sedang terjangkit penyakit yang parah, dan menganggap dokter di klinik itu cuma mencoba menghiburku supaya tidak drop saat mengetahui penyakit parah yang sedang menjangkitiku.

Tanpa aku minta, seakan mengalir begitu saja berbagai pendapat, saran dan komentar dari orang-orang yang kutemui dan dari berbagai larat belakang.

“Memang gitu kalo berobat pake Jaminan Kesehatan dari pemerintah, beda kalo biaya sendiri, dokternya lebih serius”. Kata temanku.

“Makanya aku malas ke dokter, gak langsung sembuh juga kita”. Kata temanku yang lain.

Waktu aku membeli nanas pada pedagang buah yang lapaknya berada di pinggir jalan raya. Pedagangnya ikut berkomentar tentang cara mengobati asam lambung.

“Tetanggaku itu orang kaya, dia kena asam lambung bertahun-tahun, banyak ahli kesehatan uda dia datangi, bahkan dia berobat sampai ke Singapura, tapi gak bisa sembuh. Suatu hari, ada orang bilang ke dia kalo obat asam lambung itu pisang kepok, dimakan mentah. Trus dia makan tiap pagi dan sore, akhirnya dia sembuh. Uangnya uda ratusan juta habis untuk berobat tapi gak sembuh, ternyata obatnya cuma pisang yang harganya cuma lima belas ribuan”. Kata ibu pedagang buah.

Entah cerita ibu pedagang buah itu adalah kisah nyata atau fiksi yang dia buat untuk meng-endorse dagangannya, yang jelas di lapaknya aku melihat tergantung lebih dari puluhan pisang kepok yang tersusun rapi siap dieksekusi jika aku tertarik akan cerita kesembuhan tetangganya dari masalah asam lambung.

Si penjual jamu keturunan Timur Tengah mengatakan “obati pakai madu dan kurma saja penyakit Asam lambungnya”.

Yang ini lebih mengerikan kalau aku membantah sarannya, karena orang yang menyarankan ini sampai membawa-bawa nama Nabi untuk membenarkan sarannya menggunakan madu dan kurma sebagai obat ampuh mengatasi gangguan asam lambung. Bayangkan kalau aku membantah, masalahnya bisa jadi perdebatan dunia akhirat, di dunia aku akan dituduh sebagai penista agama yang kemungkinan besar akan berujung pada hukuman penjara kalau tidak bisa berdamai dengan menandatangani meterai, dan di akhirat aku diancam dengan siksa neraka. Jadi tidak ada jalan lain kecuali mengangguk-anggukkan kepala sebagai pertanda bahwa aku mengiyakan sarannya.

Pak De pemilik percetakan yang menjadi langgananku jika mau membuat spanduk kegiatan juga ikut memberi saran atas masalah asam lambung yang kualami. Penjelasannya lebih referensial karena dia berdasar pada bacaan, meskipun bacaan yang menjadi referensinya adalah bahan bacaan yang terseber secara anonim di internet.

“Kunyit itu obat tradisional untuk berbagai penyakit dalam. Tapi kita harus hati-hati karena kalo kebanyakan konsumsi kunyit, bisa berefek pada vitalitas seksual.” Kata Pak De Percetakan.

Dari berbagai saran yang kuterima semuanya mengarah ke pengobatan alternatif non medis. Walau aku belum mendapat konfirmasi kebenaran pendapat mereka, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba semua itu. Motif utamaku adalah yang penting cepat sembuh dan terbebas dari penyakit aneh nan rewel ini.

Mulailah aku mencoba sesuatu yang selama ini asing untuk aku konsumsi secara rutin, mungkin juga asing dikonsumsi bagi orang kebanyakan.

Tapi tak ada efek positif yang kurasakan, masih saja kepalaku pening tiap hari, kliyengan, lemas, debar tak menentu di dada, sesak napas serta rasa panik yang semakin parah. Rasa panik inilah yang membuatku semakin drop, karena bayang-bayang kematian semakin sering muncul, seakan-akan malaikat pencabut nyawa sudah berdiri sejengkal di depan mataku.
###

Untuk kali kedua aku datang ke klinik, rasa kliyengan yang muncul akhir-akhir ini sungguh mengganggu. Perasaan tiba-tiba tidak enak, kepala puyeng, jantung berdetak laju, tubuh lemas tanpa tenaga, gemeteran. Perasaan seperti ini biasanya muncul di sore hari.

“Mungkin kamu kena guna-guna” kata teman.

Aku sama sekali tidak percaya. Menurutku sangat tidak masuk akal jika ada orang yang berminat mengirimkan guna-guna kepadaku, tidak ada untungnya sama sekali.

Tetanggaku yang anaknya memiliki ciri-ciri penyakit yang sama dengan yang kualami justru percaya penuh dengan komentar “mistis”, dia percaya kalau anaknya sedang terkena ilmu hitam. Akhirnya dibawa ke “orang pintar”, yang dimaksud dengan orang pintar di sini adalah orang yang mengaku paham akan “dunia mistik”. Sampai anaknya sesak napas akut, para tetangga yang lain berinisiatif untuk meminjamkan tabung oksigen, tapi dia tolak. Ada juga yang mengusulkan untuk dibawa ke rumah sakit, juga ditolak, katanya ini bukan penyakit medis, dia sudah oercaya sepenuhnya kepada si “orang pintar”. Sampai suatu malam tedengar kabar bahwa anak itu meninggal.
###

Sering muncul rasa cemas, seolah-olah di dalam diri ini bersarang penyakit parah nan ganas yang menggerogoti tubuhku perlahan-lahan, merasa seakan-akan maut sebentar lagi akan datang menjemput, selalu kepikiran besok akan mati.

Aku sudah bolak balik ke klinik dan berkonsultasi dengan empat dokter yang berbeda, semua mengatakan bahwa itu asam lambung. Dokter ke empat yang aku datangi bertugas di sebuah puskesmas kecamatan, nampakanya dia dokter baru.

“Ini bukan kanker orak kah, dok?” Tanyaku untuk memperjelas penyakit apa sebenarnya yang telah kuderita sengga tidak kunjung terlihat tanda-tanda kesembuhannya.

“Bukan, itu asam lambung. Kalo kanker otak itu penyakit parah. Orang yang diserang kanker otak, jalannya gak bisa lurus”. kata dokter itu.

Kemudian bu dokter memberiku nasehat kesehatan tentang makanan yang harus dihindari untuk sementara.

Mulai saat itu aku menghindari pantangan makanan dan minumal secara total. Makanan yang kukonsumsi sangat minimalis, nasi putih, ikan bakar tanpa minyak, telur rebus yang kumakan cuma putihnya saja yang kuningnya tidak kumakan, tempe rebus. Untuk sayur, aku konsumsi daun kenikir dan cemangi. Di pagi hari kuawali dengan makan pepaya atau semangka secara bergantian. Malam sebelum tidur aku minum vitamin b kompleks.

Dalam beberapa minggu saja baju dan celanaku sudah mulai longgar dan perlahan lahan sangat longgar seiring badan yang perlaha-lahan mengurus karena sama sekali tidak mengkonsumsi lemak dan minyak.

Di pagi hari, untuk mengganti kebiasaan minum kopi, aku minum segelas air putih hangat dicampur sesendok madu. Kata temanku, kalau menuang madu gunakan sendok plastik, jamgan pakai sendok logam karena madu bereaksi pada sendok logam, entah pendapat ini benar atau salah yang jelas aku mengikuti cara ini.
###

Aku tidak ingat persis kapan aku mulai menemukan titik terang akan penyakit yang kualami ini, seingatku sejak mengubah kata kunci pencarian di google, dari kata “penyebab vertigo” dan “cara mengobati vertigo” menjadi “efek asam lambung”, di situlah aku menemukan istilah Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD) atau penyakit naiknya asam lambung ke kerongkongan dan Anxiety (gangguan kecemasan).

Dua kata kunci ini; GERD dan Anxiety menuntunku untuk bertemu dengan ribuan orang yang mengalami, merasakan, dan menderita sesuatu yang sama persis dengan yang kualami. Kami saling berbagi saran, nasehat dan cara untuk mengurangi sensasi yang muncul akibat ulah asam lambung. Makanan harus dipilah, pikiran harus fresh dan olah raga secara rutin.

Inilah yang disebut oleh para pengidap penyakit ini sebagai dunia sensasi, yaitu dunia yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang telah terkurung di dalamnya dan berusaha untuk keluar dengan cepat. Tapi seseorang mengidap penyakit ini karena proses yang lama jadi proses penyembuhannya juga butuh waktu yang lama. Omongan orang di sekitar yang sebenarnya tidak pernah mengalami penyakit aneh ini seolah-olah pernah mengalaminanya dan memberi komentar dengan solusi yang tiba-tiba bisa menyembuhkan dalam waktu sekejap.

Ada juga orang yang berkomentar dengan menjadikan dirinya contoh sukses untuk pengobatan penyakit ini, padahal mereka belum sepenuhnya merasakan, tetapi masih di fase awal, belum merasakan sensasi bayang-bayang kematian. Mereka berkomentar sembari tersenyum atau mengolok orang yang masih terkurung dalam sensasi mengerikan ini.

Mudah-mudahan oramg-orang seperti itu tidak ikut terjebak di dalam dunia sensasi. Karena sekali terjerumus ke dalam dunia sensasi yang disebabkan oleh peningkatan asam lambung yang menyerang adrenalin negarif di otak ini, maka hidupnya akan terasa hambar.

Selamat datang di dunia sensasi, dunia yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang telah mengalaminya, bukan orang-orang yang hanya bisa memberi komentar pembualan.

(Bersambung)

Selengkapnya...

Terkait

Back to top button