Dakwah Terselubung; Auto Murtad atau Auto Muallaf?

Dakwah Terselubung; Auto Murtad atau Auto Muallaf?
Oleh: Ickur
(Komunitas Disorientasi)

Hari ke dua puluh tiga Ramadhan tahun 1444 H bertepatan dengan tanggal 14 April tahun 2023, kami mengadakan buka puasa bersama para siswa di Madrasah, tentu ini tidak menyalahi aturan karena di antara kami kepala Madrasah dan para guru tidak ada yang berstatus ASN- PNS. Dengar-dengar, yang dilarang mengadakan buka puasa bersama adalah mereka yang berstatus PNS, iya kan?.

Kegiatan rangkaian buka puasa bersama dimulai dengan shalat asar berjama’ah, kemudian dilanjut dengan program Tartil Connection yang dilaksanakan di madrasah kami sejak hari pertama kegiatan pembelajaran di bulan Ramadhan ini. Program ini diikuti oleh siswa berdasarkan klasifikasi kemampuan membaca Al-Qur’an sesuai tajwid.

Selama Ramadhan, aku yang bertugas untuk memimpin program Tartil Connection,. Hari ini jadwalnya dipindah ke sore hari karena bertepatan dengan jadwal buka puasa bersama di Madrasah.

Setelah membuka tadarus dengan membaca permulaan Juz ke 16, aku melihat dari pintu masjid madrasah yang terbuka lebar dua orang memasuki gerbang madrasah. Seorang laki-laki dan seorang lagi perempuan.

Awalnya aku menyangka keduanya adalah orang tua siswa yang mungkin mengantar siswa yang terlambat sembari seorang menenteng keranjang plastik besar berwarna merah. Tapi yang perempuan tidak memakai jilbab, dan setahuku meski tidak ada aturan akan busana yang wajib dipakai orang tua yang datang ke Madrasah, mereka semua memakai jilbab (yang perempuan tentunya) jika berada di lingkungan madrasah.

Ternyata keduanya menuju ke rumah kami yang berada di dalam lingkungan Madrasah, dan memberikan bingkisan lebaran serta ucapan selamat hari raya. Mereka adalah tetangga kami yang rumahnya berada di depan madrasah. Bingkisan yang mereka bawa berisi satu biskuit kaleng besar dengan merek legend, sebungkus teh, sebungkus kopi, dan dua bungkus plastik minyak goreng.

Mungkin bagi mereka yang memberi bingkisan ini atau mungkin juga bagi orang lain bingkisan ini nilainya tidak seberapa, tapi bagiku sikap mereka berdua menyisakan efek psikologi karena keduanya adalah non muslim, sedang di sekitar hari raya mereka selalu bertebaran berita, opini, share dari grup sebelah, dan lain-lain tentang larangan seorang muslim(ah) memberi ucapan selamat saat hari raya mereka. Tapi kali ini secara nyata aku diperhadapkan pada situasi sebaliknya, mereka yang non muslim datang ke rumah membawa bingkisan lebaran dan mengcapkan selamat Idul fitri.

Apakah mereka auto muallaf? Jika kita membalikkan permyataan bahwa seorang muslim yang mengucapkan selamat hari natal menjadi auto murtad(?). Padahal mereka cuma sedang mempraktekkan cara bertetangga yang baik dan benar, yang harusnya aku yang memulai contoh itu, sayangnya aku tidak pernah melakukannya. Jangankan memberi parsel atau hadiah lainnya saat hari raya mereka, memberi ucapan selamat saja aku tidak pernah.

Di luar perdebatan boleh tidaknya saling mengucapkan selamat pada saat hari raya antar pemeluk agama yang berbeda beserta embel-embel pembenarannya. Aku sering merangkai pikiran sederhana akan masalah ini. Ucapan selamat saat hari raya dari seorang muslim kepada non muslim adalah dakwah terselubung, mengucapkan selamat berarti mendoakan keselamatan kepada mereka yang diberi ucapan selamat, sedangkan kita sebagai umat Islam yakin seyakin-yakinnya bahwa jalan keselamatan adalah Islam, jadi syarat selamat bagi mereka yang diberi ucapan tersebut adalah harus masuk Islam. Berarti memberi ucapan selamat kepada mereka sama saja mendoakan mereka diberi hidayah oleh Allah untuk merasakan nikmat iman, nikmat Islam.

Sebalinya, jika kita ditakut-takuti dengan label hitam “auto murtad” ketika memberi ucapan selamat kepada non muslim saat hari raya mereka, berarti menghalangi sampainya dakwah kepada mereka yang masih belum merasakan nikmat Islam.

Kalau seperti ini, bolehkah seorang muslim(ah) memberi ucapan selamat kepada non muslim saat mereka merayakan hari besar keagamaannya?.

Selengkapnya...

Terkait

Back to top button