Siapakah saya?

Memori adalah jendela ke masa lalu yang bisa terbuka hanya dengan sedikit pemicu: gambar, lagu, bau, atau bahkan angin sepoi-sepoi yang menyentuh kulit. Saat memori itu tiba-tiba muncul, kita seolah-olah diseret ke dalam sebuah perjalanan di zaman yang telah berlalu. Tetapi, bagaimana jika kita kehilangan kemampuan untuk mengingat? Bagaimana jika setiap hari, ingatan kita terhapus?

Dalam pilihan hidup yang sulit, apakah Anda akan memilih hidup selama ribuan tahun dengan kehilangan ingatan setiap hari, atau hidup hanya lima puluh tahun dengan ingatan yang tetap utuh? Untuk kebanyakan orang, pilihan itu jelas: lima puluh tahun dengan ingatan yang jelas memberikan kehidupan yang lebih kaya dan bermakna.

Tetapi apa artinya jika kita kehilangan kemampuan untuk membentuk dan menyimpan ingatan baru? Apakah kita masih menjadi diri kita yang sebenarnya tanpa memori? Bagi beberapa orang, ini bukan hanya eksperimen pikiran. Ini adalah kenyataan yang menghancurkan. Penyakit seperti demensia mengambil ingatan kita, merenggut identitas kita seiring waktu.

Demensia adalah kumpulan gejala yang mengganggu ingatan, pikiran, dan fungsi umum lainnya. Penyebab utama demensia adalah Alzheimer, penyakit yang menyebabkan protein abnormal menumpuk di otak dan mengganggu koneksi antar sel-sel otak.

Tahap awal demensia seringkali tidak terdeteksi, tetapi seiring waktu, gejalanya menjadi semakin nyata. Pasien mulai mengalami lupa yang signifikan, kesulitan berbicara, dan perubahan kepribadian. Tahap lanjut demensia membawa penurunan kognitif yang parah, hingga akhirnya, individu tersebut kehilangan segalanya.

Ketika kita melihat lukisan-lukisan William Utermohlen, seorang seniman yang mengalami Alzheimer, kita menyaksikan proses yang sama secara visual. Lukisan-lukisannya awalnya terperinci, tetapi seiring waktu, menjadi semakin abstrak, mencerminkan perubahan dan erosi pemahaman diri.

Dalam hidup kita, memori adalah penghubung kita dengan masa lalu dan fondasi identitas kita. Tetapi seberapa dapat kita percaya pada memori kita? ingatan kita dapat dipengaruhi oleh sugesti dan bias kognitif, bahkan mungkin membentuk kenangan palsu.

Jadi, siapakah kita tanpa memori? Mungkin kita semua bermain permainan telepon yang tak berujung dengan diri kita sendiri tentang diri kita sendiri. Alzheimer dan demensia bukanlah hanya kengerian yang dihadapi oleh beberapa orang, tetapi juga cermin yang menyoroti kerapuhan dan abstraksi identitas manusia secara umum.

Dalam ketidakpastian dan ketidakmampuan untuk memahami sepenuhnya kompleksitas dan keabadian diri kita, kita harus bertanya pada diri sendiri: di mana saya? Apa yang saya lakukan? Siapakah saya? Dan meskipun mungkin tidak pernah ada jawaban yang sepenuhnya memuaskan, mungkin pertanyaan-pertanyaan ini membantu kita memahami sedikit lebih banyak tentang siapa kita sebenarnya.

Alif

Selengkapnya...
Back to top button

You cannot copy content of this page