Petani PPU Andalkan Tadah Hujan Untuk Sawah

Potensi Pertanian Sulit Digenjot

Reporter : Teguh | Editor : Faisal

TimurMedia, Penajam – Memiliki lahan pertanian sawah produktif belasan ribu hektare Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) menjadi salah satu daerah lumbung padi di Kalimantan Timur (Kaltim). Lahan pertanian paling luas terdapat di Kecamatan Babulu mencapai 8 ribu hektare dan sisanya tersebar di tiga kecamatan lainnya.

Namum, belum tersediannya bendungan besar untuk mengairi irigasi pertanian membuat petani di Benuo Taka menggunakan sistem pengairan lahan pertanian hanya mengandalkan air hujan atau sistem pengairan tadah hujan untuk mengairi ribuan hektare sawah.

Ripani Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Babulu Darat mengatakan, sumber pengairan lahan pertanian di Kecamatan Babulu hanya dari sungai kecil. Sehingga curah hujan sangat menentukan pasokan air sungai tersebut. Ketika musim kemarau, sumber air juga mengalami pengurangan bahkan kekeringan sehingga berdampak terhadap lahan pertanian.

“Petani di Babulu hanya mengandalkan hujan. Kalau tidak turun hujan selama dua minggu berturut-turut pasti banyak sawah sudah mengering. Utamanya yang jauh dari sumber air,” kata Ripani saat di hububgi, Kamis (16/7/2020).

Akibat persoalan ketersediaan air, lahan pertanian di Kecamatan Babulu rata-rata hanya bisa panen dua kali setahun. Bahkan, ada lahan pertanian yang jauh dari sumber air hanya digarap sekali setahun.

“Sawah di Babulu hanya bisa digarap dua kali setahun,” ujarnya.

Ripani menyatakan, lahan pertanian di Babulu memiliki potensi untuk panen tiga kali setahun apabila Bendungan Telake di Kecamatan Long Kali, Kabupaten Paser terealisasi.

Minimnya pasokan air untuk lahan pertanian juga membuat hasil panen tidak maksimal. Karena rata-rata hasil panen sawah di Kecamatan Babulu hanya tiga sampai empat ton per hektare.

“Kalau Bendungan Telake dibangun, pasti kita bisa panen tiga kali setahun. Kami selaku petani juga bisa menikmati namanya kesejahteraan. Kalau masih dua kali panen setahun seperti saat ini, masih jauh dari kata cukup,” terangnya.

“Untuk mencapai lima ton per hektare saja sangat sulit dengan kondisi saat ini,” pungkas Ripani.

Selengkapnya...

Terkait

Back to top button