Perempuan, Pertanian, dan Kekuatan Ekonomi Indonesia

 

Oleh: Dian Novita Susanto

Sampai saat ini, masih banyak stereotipe yang salah ditengah masyarakat kita tentang perempuan, seringkali perempuan dipersepsikan sebagai kaum yang lemah, lebih banyak menggantungkan diri pada kaum laki-laki, rapuh, dan tidak bisa diandalkan. Namun jika kita melihat lebih jauh, perempuan adalah makhluk yang sangat luar biasa dikarenakan kecakapan mereka miliki. Kita bisa melihat contoh mudah saja, ketika sang ibu melahirkan dalam menjaga dan mendidik anak, sang ibu melakukan keduanya sekaligus.

Peranan perempuan dalam pembangunan perekonomian tidak kalah pentingnya dari kaum laki-laki, disektor pertanian, data membuktikan sektor pertanian Indonesia tidak akan bisa  dilepaskan dari peran petani perempuan yang jumlahnya lebih besar dari pada petani laki-laki yaitu sekitar 76 ,84 % (ST2 013 ).

Tentunya dengan jumlah yang sebesar itu lebih dari cukup mereprensentasikan peran perempuan yang begitu besar di bidang pertanian. Peran perempuan pada kegiatan pertanian sangat substansial. Dalam berbagai hasil penelitian kesemuanya menyebut adanya pembagian kerja seksual dimana perempuan melakukan kerja selama proses produksi yang meliputi penanaman, pemeliharaan, panen, pasca panen, pemasaran, baik yang bersifat manajerial tenaga buruh, pada komoditi tanaman pangan ataupun tanaman industri yang diekspor.

Beberapa pekerjaan malah dianggap sebagai pekerjaan perempuan seperti halnya menanam bibit, menabur benih dan menyiang. Tidak hanya itu pada tanaman pangan seperti padi mulai dari penanaman di sawah hingga  menjadi nasi untuk di hidangkan ke meja  makan  paling banyak perannya dimainkan oleh perempuan.

Kondisi ini menjadi sebuh fakta bahwa peranan  perempuan  di  sektor  pertanian  merupakan  hal  yang  tidak  dapat dibantah. Pembagian kerja antara lelaki dan perempuan di dunia pertanian khususnya  pertanian  tanaman  pangan  sangat  jelas  terlihat. Pria  umumnya bekerja   untuk   kegiatan   yang   memerlukan   kekuatan   atau   otot   sedangkan perempuan  bekerja  untuk  kegiatan  yang  memerlukan  ketelitian  dan  kerapihan atau yang sifatnya banyak memakan waktu.

Yang menjadi persoalan bagi perempuan petani Indonesia saat ini  masih mengalami rintangan dalam banyak hal. Data menyebutkan Sekitar 40% petani skala kecil adalah perempuan, yaitu sebesar 7,4 juta pada tahun 2013. Perempuan berperan pada hampir semua tahap produksi namun mereka kekurangan akses terhadap layanan tanah, kredit, dan penyuluhan.

Pada tahun 2003, hanya sepertiga tanah bersertifikat di jawa yang dimiliki oleh perempuan. Meskipun Undang-Undang Pernikahan 1974 mengatur tentang kepemilikan istri, hal ini jarang dipraktikkan dalam pembuatan sertifikat karena rendahnya tingkat pendidikan dan juga tingginya pola pikir patriarki untuk menempatkan nama pria di sertifikat. Akses lahan yang tidak setara berarti juga akses kredit yang tidak setara, karena sertifikat tanah digunakan untuk agunan kredit. Hal ini memilliki dampak nyata pada kehidupan perempuan petani dan keluarga mereka. (binadesa.org 2014).

Selain akses terhadap kepemilikan tanah dan kredit, penyuluh pertanian lapangan cenderung mengabaikan petani perempuan. Terdapat asumsi bahwa pekerjaan pertanian yang dilakukan oleh perempuan dipandang sebagai pekerjaan sampingan dari pekerjaan rumah tangga mereka atau hanya sebatas membantu laki-laki di bidang pertanian, padahal perempuan merupakan ujung tombak suatu keluarga dan merupakan sumber kekuatan ekonomi bangsa. Bisa terlihat dari keterlibatan dan peran perempuan yang begitu  besar di dalam menggerakkan pertanian.

Seperti diketahui, sektor Pertanian di Indonesia saat ini masih menjadi ruang untuk rakyat kecil. Kurang lebih 100 juta jiwa atau hampir separuh dari jumlah rakyat Indonesia bekerja di sektor pertanian di dominasi oleh perempuan.

Untuk itu pemerintah perlu mendorong sektor UMKM di bidang pertanian atau turunannya dengan cara memberikan pelatihan, pemberdayaan, pembimbingan, akses terhadap sumber daya, dan kepemimpinan kepeda petani perempuan.  Dengan dorongan tersebut maka meningkatkan produktivitas pertanian yang di dominasi lebih dari setengahnya oleh petani perempuan yang akan berdampak pada peningkatan dan kestabilan pendapatan keluarga.

Selain pemerintah dan stekholder lainnya yang terkait dengan pembangunan pertanian, untuk mendukung kekuatan ekonomi melalui perempuan dan pertanian diperlukan dukungan dari seluruh eleman masyarakat, tidak hanya datang dari pemerintah tetapi diperlukan juga dukungan dari para pengusaha yang bergerak di industri pertanian maupun lembaga-lembaga swadaya masyarakat, organisasi-organisasi kemasayarakatan seperti Perempuan Tani HKTI yang konsen terhadap  perempuan untuk membangun sektor pertanian.

Pembuat kebijakan perlu memastikan bahwa petani perempuan memiliki akses terhadap sumber daya dan peluang kepemimpinan. Langkah-langkah konkrit terhadap hal ini mencakup peningkatan pendidikan anak perempuan, dorongan partisipasi dan kepemimpinan perempuan dalam organisasi pertanian. Upaya-upaya harus dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri perempuan. Selain itu, petani perempuan harus dilengkapi dengan pengetahuan tentang metode adaptasi, dan teknologi prakiraan iklim. (binadesa.org 2014).

Pada akhirnya tujuan dari pembagunan sektor pertanian dengan memberikan dukungan dalam bentuk program-program pertanian yang lebih berpihak kepada perempuan akan meningkatkan pendapatan dan aset perempuan dan ini akan berdampak langsung pada  peningkatan kesejahteraan rumah tangga, hal ini telah terbukti bahwa peningkatan pendapatan dan aset perempuan dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga lebih signifikan daripada peningkatan pendapatan pria. Selain itu keterlibatan perempuan yang lebih besar dalam organisasi pertanian akan membuat proses pengambilan keputusan menjadi lebih baik dan lebih tepat, dan meningkatkan produksi dan profitabilitas organisasi.

Dian Novita Susanto adalah Ketua Umum DPN Perempuan Tani HKTI, Ketua Perempuan Sukses Mandiri Foundation, Direktur Utama PT. Perempuan Sukses Mandiri, dan Direktur Utama Moeldoko 81 Law Firm.

Selengkapnya...

Terkait

Back to top button