Warisan Kuliner Haji Kasim
Kisah Sukses Tiga Generasi

Warisan Kuliner Haji Kasim; Kisah Sukses Tiga Generasi
TIMUR MEDIA – BALIKPAPAN, Coto Makassar Haji Kasim merupakan salah satu kuliner legendaris di Balikpapan yang berhasil memikat lidah para pecinta makanan dengan kuahnya yang khas dan kaya rasa. Di balik kesuksesan bisnis ini, terdapat cerita perjalanan panjang dan inovasi yang dilakukan oleh Haji Kasim, pemilik sekaligus pencetus resep Coto Makassar yang terkenal.
Awal Mula Bisnis
Haji Kasim memulai usahanya dengan menjual buah-buahan. Inspirasi untuk beralih ke bisnis kuliner datang dari iparnya, Haji Juding, yang berasal dari keluarga besar dengan lima bersaudara. Kakak iparnya, Haji Intan, sudah lebih dulu sukses berjualan coto. Melihat keberhasilan Haji Intan, Haji Kasim dan Haji Juding pun tertarik untuk mencoba peruntungan di bisnis kuliner.
Pada awalnya, Haji Kasim dan Haji Juding memulai dengan berjualan sop. Namun, melihat kesuksesan Haji Intan dengan coto, mereka merasa ada peluang besar di sana. Dengan keinginan yang kuat untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dan lebih menarik bagi pelanggan, Haji Kasim memutuskan untuk mempelajari resep coto dari Haji Intan.
Belajar dan Berinovasi
Proses belajar Haji Kasim dari Haji Intan bukanlah hal yang mudah. Resep coto memerlukan perhatian khusus pada detail, terutama dalam pembuatan kuah yang merupakan elemen kunci. Setelah mempelajari resep dasar dari Haji Intan, Haji Kasim tidak berhenti di situ. Ia merasa perlu untuk menambahkan sentuhan pribadi agar coto buatannya memiliki ciri khas tersendiri.
Haji Kasim kemudian mulai berinovasi dengan mencoba berbagai cara hingga menemukan resep kuah Coto Makassar yang lebih kental. Inovasi ini terbukti sangat sukses, karena masyarakat Balikpapan menyukai kuah yang lebih pekat dan kaya rasa. Kuah yang lebih kental ini menjadi daya tarik utama Coto Makassar Haji Kasim, membuatnya cepat populer dan banyak dicari oleh pelanggan.
Strategi dan Kebijakan Bisnis
Dalam perjalanan bisnisnya, Haji Kasim juga menghadapi berbagai tantangan dan melakukan beberapa perubahan strategi. Pada awalnya, minuman dijual terpisah dan harus dibayar oleh pelanggan, sedangkan ketupat disediakan gratis. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan bisnis, muncul ide-ide baru yang membantu menyederhanakan operasional.
Salah satu perubahan signifikan dalam strategi bisnis datang dari cucunya, Nurdin. Ia mengusulkan agar minuman diintegrasikan dengan harga makanan agar lebih mudah dalam penghitungan dan transaksi. Nurdin menjelaskan, “Karena repot hitung duitnya kalau minuman dibayar terpisah, maka kami memutuskan untuk sekali dihitung dengan harga makanan.” Ide ini tidak hanya memudahkan operasional, tetapi juga membuat pelanggan merasa lebih nyaman.
Selain itu, ada kisah menarik mengenai salah satu pelanggan yang pernah makan hingga 18 ketupat. Pada umumnya, saat ini ketupat disediakan gratis untuk pelanggan yang makan coto. Namun, ada juga ketupat yang berbayar, dengan harga 10 ribu rupiah untuk tiga ketupat kecil atau 5 ribu rupiah untuk satu ketupat besar. Ketupat yang disajikan selalu segar karena dibuat sendiri dua kali sehari dengan menggunakan 25 kilogram beras setiap kali produksi. Strategi ini memastikan bahwa pelanggan selalu mendapatkan ketupat yang berkualitas dan fresh.
Keluarga dan Generasi Penerus
Bisnis Coto Makassar Haji Kasim tidak hanya menjadi sumber penghidupan bagi Haji Kasim sendiri, tetapi juga bagi keluarganya yang terdiri dari beberapa generasi. Seluruh keluarga ikut serta dalam menjalankan dan mengembangkan bisnis ini. Keterlibatan keluarga menjadi salah satu kunci kesuksesan, karena setiap anggota keluarga memiliki peran penting dalam operasional sehari-hari.
Nurdin, salah satu cucu Haji Kasim, mengenang masa-masa ketika harga semangkuk coto masih 2.500 rupiah saat ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Kini, di era digital, Coto Makassar Haji Kasim juga memberikan diskon sebesar 5 ribu rupiah bagi para driver online yang makan di tempat. Selain itu, ada promo makan sepuluh kali gratis satu kali, yang semakin menarik minat pelanggan.
Dalam menjalankan bisnis ini, Haji Kasim dan keluarganya selalu mengutamakan kualitas dan kepuasan pelanggan. Setiap elemen dalam proses pembuatan coto diawasi dengan ketat, mulai dari pemilihan bahan baku, proses memasak, hingga penyajian. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap mangkuk coto yang disajikan kepada pelanggan memiliki rasa yang konsisten dan memuaskan.
Ekspansi dan Modernisasi
Seiring dengan meningkatnya popularitas Coto Makassar Haji Kasim, muncul kebutuhan untuk melakukan ekspansi dan modernisasi. Dalam beberapa tahun terakhir, Haji Kasim dan keluarganya telah membuka beberapa cabang di berbagai lokasi strategis di Balikpapan. Langkah ini tidak hanya membantu menjangkau lebih banyak pelanggan, tetapi juga memperkuat brand Coto Makassar Haji Kasim sebagai salah satu ikon kuliner di kota tersebut.
Untuk mengikuti perkembangan zaman, Coto Makassar Haji Kasim juga mulai mengadopsi teknologi dalam operasionalnya. Sistem pembayaran digital, pemesanan online, dan kehadiran di platform media sosial menjadi bagian dari strategi modernisasi mereka. Langkah ini tidak hanya memudahkan pelanggan, tetapi juga membantu bisnis tetap relevan dan kompetitif di era digital.
Selain itu, Haji Kasim dan keluarganya juga aktif dalam berbagai kegiatan promosi dan kolaborasi dengan komunitas lokal. Mereka seringkali terlibat dalam festival kuliner, acara sosial, dan program promosi lainnya untuk memperkenalkan Coto Makassar kepada lebih banyak orang. Melalui kegiatan ini, mereka tidak hanya mempromosikan produk, tetapi juga membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dan komunitas.
Tantangan dan Harapan
Meskipun telah mencapai banyak kesuksesan, bisnis Coto Makassar Haji Kasim juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah mempertahankan kualitas dan konsistensi rasa di tengah ekspansi dan pertumbuhan bisnis. Selain itu, persaingan dengan restoran dan warung makan lainnya juga semakin ketat, sehingga Haji Kasim dan keluarganya harus terus berinovasi dan mencari cara untuk meningkatkan daya saing.
Di sisi lain, mereka juga menghadapi tantangan dalam mengelola operasional yang semakin kompleks. Dengan semakin banyaknya cabang dan meningkatnya volume pelanggan, Haji Kasim dan keluarganya perlu memastikan bahwa setiap aspek operasional berjalan dengan lancar dan efisien. Hal ini mencakup manajemen stok, pelatihan karyawan, dan pengawasan kualitas.
Namun, di tengah berbagai tantangan ini, Haji Kasim dan keluarganya tetap optimis dan terus berusaha memberikan yang terbaik bagi pelanggan. Mereka berharap dapat terus mengembangkan bisnis ini dan mewariskannya kepada generasi berikutnya. “Kami ingin Coto Makassar Haji Kasim tetap menjadi bagian dari sejarah kuliner Balikpapan, dan kami akan terus berinovasi untuk mencapai tujuan tersebut,” kata Nurdin.
Melalui cerita perjalanan panjang ini, Coto Makassar Haji Kasim tidak hanya menjadi contoh sukses dalam bisnis kuliner, tetapi juga menjadi simbol dedikasi, inovasi, dan kerjasama keluarga. Dengan resep kuah yang khas dan kebijakan bisnis yang tepat, Haji Kasim berhasil membuat Coto Makassar menjadi salah satu kuliner yang dicari dan digemari di Balikpapan. Cerita ini bukan hanya tentang sebuah bisnis makanan, tetapi juga tentang warisan keluarga yang terus dijaga dan dikembangkan oleh generasi penerus.* (Ickur)