Ustadz Google; Balada Seorang Ustadz – Bagian II
Penulis; Ickur (Ketua LAKPESDAN NU Balikpapan)
Perdebatan masih berlanjut dari WAG ke WAP, kali ini aku minta kepada si Ustadz untuk menyajikan matan Hadits “بلغوا عني ولو آية” (ballighu ‘anni walau ayatan) secara utuh, respon beliau sangat mengejutkan. Katanya, beliau belum pernah pelajari, cuma dengar-dengar sepintas selebihnya googling!.
Dari kisah ini, aku percaya istilah “Ustadz Google” itu nyata adanya. Kepakaran memang telah mati seperti kata Tom Nichols. dengan smartphone di tangan setiap kita adalah pakar dalam hal apa pun. Lihat saja tayangan debat di TV, sering ditampailkan figur “pakar segala hal”.
Kembali ke “Ustadz Google”, mungkin lantaran merasa dipecundangi, beliau berkata “Kalau Hadits ini gak diamalkan, dakwah Islam gak akan berkembang?”.
Bukan gak boleh diamalkan, tapi lihat dulu konteksnya. Hadits ini entah sengaja atau karena ketidaktahuan, isinya terpotong. Inilah bahayanya “cuma dengar-dengar sepintas” dan “selebihnya googling” seperti kata si Ustadz Google, dengan modal ini sudah ngotot untuk berdakwah.
Seolah-olah Rasulullah hanya meminta untuk menyampaikan satu ayat saja, sementara وحدثوا عن بني اسرائيل ولا حرج / wa haddatsu ‘an Bani Israil wa la haraja (dan ceritakan dari Bani Israil, dan itu bukan kesalahan), gak disajikan atau ditutupi (?).
Sampai di sini kita melihat bahwa Hadits “sepotong” yang digunakan sebagai dalil perintah untuk berdakwah maskipun satu ayat, justru sangat jelas terlihat sebagai dalil untuk menyampaikan informasi secara seimbang atau dari dua arah (yang berlawanan). “Sampaikan apa yang dari Rasulullah” dan “Ceritakan juga apa yang dari Bani Israil”, dan ini bukan suatu kesalahan.
Jika matan hadits ini ditampilkan secara utuh, harusnya si Ustadz Google lebih berhati-hati dalam men-share postingan yang katanya dari Grup sebelah, atau setidaknya informasi yang disampaikan kepada jama’ah/khalayak dari dua arah, supaya terhindar atau menghindari Fake News atau Hoax atau fitnah.
Akhirnya si Ustadz bertanya lagi, “Trus mana dalil untuk berdakwah?”. Agaknya beliau lagi Ekstase dalam berdakwah sehingga meskipun bermodal sampaikanlah walau diri google tetap “ngegas” untuk berdakwah.
Padahal kata dakwah (جعوة) berasal dari da’a (دعا) – Yad’uu (يدعو) yang artinya memanggil, menyeru atau mengajak. Dan Allah berfirman dalam QS. An-Nahl Ayat 125. “Ajaklah ke jalan Tuhanmu secara bijaksana serta nasehat yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang lebih baik”. Sedangkan kepada Fir’aun saja Allah menyuruh Nabi Musa dan Nabi Harun untuk berbicara dengan kata-kata yang lemah lembut (QS. Thaha Ayat 44).*
Wa Allahu a’lam bis shawab.