NU MEMBELA YANG MENANG?; Narasi Khas Kelompok Yang Kalah!

NU MEMBELA YANG MENANG?; Narasi Khas Kelompok Yang Kalah!
Oleh: Ickur
Ketua LAKPESDAM NU Balikpapan
Khofifah Indar Parawansa resmi bergabung dalam Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo – Gibran. Dalam Surat Keputusan TKN, Khofifah ditunjuk sebagai dewan pengarah dan juru kampanye. Hal ini bisa menjadi “signal” kuat atau semacam afirmasi akan desas-desus yang berhembus di beberapa media bahwa “PBNU mendukung Prabowo(?)”, sekaligus menjelaskan kenapa dalam beberapa survei yang berkonsentrasi pada segmen NU, pasangan Prabowo – Gibran mendapatkan persentase suara tertinggi.
Kalau alur berpikir tersebut di atas benar, apakah gerangan yang mendasari para tokoh NU memilih mendukung Prabowo? Sedangkan “anak kandungnya” Berada pada dua posisi yang saling berlawanan dengan Prabowo – Gibran; Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD. Apakah karena Jokowi “anak pungut” NU (di-NU-kan dengan pemberian Kartu Anggota NU) berada di barisan pendukung Prabowo yang berarti kepentingan NU dengan pihak penguasa masih aman sampai Jokowi mengakhiri masa pemerintahannya?.
Ataukah NU sedang menerapkan politik oportunis, politik membela yang menang setelah mengamati dan menganalisis perkembangan situasi menandakan dominasi elektabilitas prabowo atas dua capres lainnnya, atau (lagi) NU sedang memecah diri untuk bisa berada di mana-mana, dan siapa pun pemenangnya kepentingan NU tetap aman?.
Hasil survei Indonesia Political Opinion (IPO) menunjukkan elektabilitas pasangan Anies – Muhaimin justru mendekati elektabilitas pasangan Prabowo – Gibran. Firman Noor, peneliti BRIN dalam tempo.co mengatakan peningkatan elektabilitas Anies karena efek memilih Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai Cawapres. Dengan adanya Cak Imin, “NU versi PKB” ikut mendukung Anies Baswedan. Selain Efek Cak Imin, elektabikitas Anies mengalami peningkatan karena strategi penggunaan media sosial seperti tiktok dan X.
Efek media sosial, terutama setelah Anies viral saat live di tiktok turut mendongkrak elektabilitas pasangan Anies – Muhaimin ini dibenarkan oleh Andi Widjojanto saat berbicara di kanal YouTube Rhenald Kasali.
Hasil survei terbaru dari IPO semakin memperburuk posisi pasangan Ganjar – Mahfud. Apalagi hasil analisis internal Tim Pemenangan Nasional dengan menggunakan metode triangulasi tetap menempatkan Prabowo – Gibran dengan raihan elektabilitas tertinggi.
Seakan menyadari situasi lapangan, pihak pendukung Ganjar – Mahfud kemudian memainkan narasi “khas” Kelompok kalah seperti “adanya kecurangan yang massif dan terstruktur, pemakzulan Jokowi sang “petugas” PDIP, dan juga yang paling aneh dan lucu adalah kritikan partai penguasa kepada pemerintah (penguasa) yang didukungnya selama dua periode.
Isu Koalisi antara pasangan Anis – Muhaiman dan pasangan Ganjar – Mahfud seokah-olah memberi gambaran bahwa pilpres 2024 ini pada putaran pertama memang akan dimenangkan oleh Prabowo – Gibran. Lantas, apakah pasangan Ganjar – Mahfud yang berada di bawah komando PDIP akan menjadi “juru kunci” Pada pilpres kali ini?, semua akan terjawab pada hasil akhir perhitungan suara setelah pilpres.
Manggar, 13 Januari 2024