Cara terbaik untuk diet adalah memulai
Cara terbaik untuk diet adalah memulai
Oleh: Ickur
“Ribuan buku takkan mampu menyamai kenikmatan teh buatanmu” (Drakor).
Aku diet bukan untuk menurunkan berat badan, tapi karena gula darah tinggi (147). Kata dokter usai medical check up (MCU) “ini pra diabet”. segera setelah tau hasil MCU, aku langsung menerapkan prinsip ” no sugar, no oil”. Nasi putih aku ganti dengan mengkonsumsi nasi merah secara bergantian dengan roti gandum yang dijual di Mart-mart terdekat (sori aku gak sebut merek 😆).
Untuk lauk aku konsumsi Daging putih; ikan dan ayam juga secara bergantian, dengan variasi tambahan berupa timun dan tomat. untuk cemilan aku makan pir atau apel. Khusus untuk tomat, dari beberapa sumber yang aku dapatkan mengatakan kalau tomat lebih baik direbus sebelum dimakan dan air rebusannya diminum. Nah, aku coba untuk pertama kali merebus dia tomat, tapi rasanya sangat gak bersahabat dengan lidahku. Jadi, seterusnya aku makan mentah aja.
Sejak usai MCU, aku mulai memperhatikan kandungan gizi pada setiap kemasan makanan. semisal, roti gandum yang aku beli di Mart itu, kandungan gulanya 3 gram per bungkus. sebungkus roti gandum berisi 10 iris. trus, aku bandingkan dengan minuman sari buah kotakan, kandungan gulanya 15 gram. artinya sekotak sari buah kandungan gulanya sama dengan 5 bungkus roti gandum.
Suatu hari, istriku membuat kue Sarang Semut. trus, aku tanya kandungan gulanya berapa?. kata istriku, 300 gram. itu belum dihitung kandungan gula dari bahan lainnya seperti terigu dan susu kental manis. bandingkan sendiri ya dengan roti gandum.
Aku mulai diet hampir bersamaan dengan viralnya isu sebuah produk roti yang laris di pasaran mengandung “katanya” Mengandung bahan pengawet yang bukan untuk makanan. Tapi ternyata isu itu HOAX. Aku justru melihat dari sisi yang berbeda, pengawet makanan boleh jadi sangat berbahaya, tapi gula yang melebihi takaran maksimal untuk dikonsumsi dalam sehari juga sangat berbahaya. Tapi kenapa ini gak viral ya?, atau minimal masyarakat mendapat edukasi tentang bahaya gula yang dikonsumsi secara berlebihan.
Selain mengontrol menu dan porsi makan, aku juga rajin olahraga ringan. aku jalan santai 4 kali dalam seminggu. minimal 5000 langkah. Awalnya sangat berat, baru beberapa langkah sudah terasa capek banget. Tapi lambat laun mulai terbiasa, dan cara tempuh jugak semakin jauh.
Setelah sebulan lebih sepekan, kurang lebih sejam setelah makan siang, aku kembali MCU ke apotek terdekat. hasilnya gula darah 77. turun jauh dari 147, bahkan hampir setengahnya. aku merasa sukses dalam diet. yang berat itu di dua minggu pertama, tapi setelah itu mulai terbiasa.
Di dua minggu pertama setelah diet untuk menormalkan kandungan gula darah, aku merasa sangat lemas. Kata istriku, itu efek detox, makanya banyak yang gagal diet. Tapi karena dorongan untuk hidup sehat, maka aku paksakan diri untuk melanjutkan usah yang sudah setengah jalan itu.
Jadi, gak perlu banyak baca buku atau menonton konten tentang diet. tapi mulailah. No sugar No Oil.*
Jelang Isya’
Pesantren Miftahul Ulum
Manggar – Balikpapan