EFEK GUS IMIN; Beberapa Pertanyaan Misterius!

EFEK GUS IMIN; Beberapa Pertanyaan Misterius!
Oleh: Ickur
(Ketua LAKPESDAM NU Balikpapan)
Hasil survei terbaru dari beberapa lembaga survei yang menempatkan pasangan Anies – Muhaimin di urutan kedua meniupkan angin segar kepada para pendukungnya.
Anies Baswedan yang pada saat debat capres kedua menyerang secara frontal, selain berhasil membuat Prabowo dan para pendukungnya “baper” Ternyata membuahkan hasil dengan peningkatan elektabilitas yang menekan pasangan Ganjar – Mahfud ke posisi terbawah dan membayangi elektabilitas Prabowo – Gibran.
Firman Noor, peneliti dari BRIN mengatakan bahwa peningkatan elektabilitas Anies salah satunya adalah “Efek Muhaimin Iskandar” (Cak/ Gus Imin) Yang dipilih mendampingi Anies sebagai calon wakil presiden.
Gus Imin, meskipun seolah “dibuang” Dari NU sejak terpilihnya Gus Yahya sebagai Ketua Umum PBNU tetap mempunyai barisan pendukung yang solid dengan Partai Kebangkitan Bangsa sebagai mesin politiknya. Walau “Gusdurian” Atau tepatnya anak-anak Gusdur selalu menggembosi dengan isu “pengkhianatan” Kepada Gusdur, barisan NU versi PKB tetap solid di lapangan meng-endorse popularitas dan berusaha meningkatkan elektabilitas Gus Imin.
Peningkatan elektabilitas pasangan AMIN yang beranjak menggeser kedudukan Ganjar – Mahfud di posisi kedua berdasarkan hasil survei juga tidak bisa dilepaskan dari gerak senyap Relawan Desa yang oleh Tim Kampanye Nasional Prabowo – Gibran dituding sebagai Tenaga Pendamping Desa yang direkrut menjadi relawan. Soal Pendamping Desa ini beberapa bulan yang lalu sudah saya dengar melalui diskusi dari warkop ke warkop serta divalidasi oleh teman yang katanya menghadiri konsolidasi nasional Pendamping Desa. Soal melanggar aturan atau tidak biarlah proses hukum yang menjawab.
Meskipun agak sulit mengejar elektabilitas Prabowo – Gibran karena pelaksanaan pilpres waktunya semakin mepet sisa sekitar sebulan lagi untuk melakukan gerilya peningkatan elektabilitas, tapi dalam paradigma “NU”, Organisasi raksasa di mana Gus Imin berasal, sulit itu bukan mustahil, tetapi mungkin. Atau masih ada faktor X lainnya yang memungkinkan arah dukungan mayoritas masyarakat Indonesia berbalik arah. Lihat pilkada Jakarta yang saat itu didominasi oleh Ahok sebagai incumbent, tetapi karena “blunder” besar akhirnya gagal memenangkan pilkada satu putaran, dan kedua kompetitornya melakukan Koalisi dan menang di putaran kedua.
Jika pasangan Anies – Muhaimin bisa memaksimalkan semua instrument dalam sisa waktu yang ada untuk menyasar pemilih emosional sebagai konstituen mayoritas dalam pilpres ini, maka “narasi menang satu putaran” Dari Prabowo – Gibran akan gagal terwujud. Tapi apakah pasangan Anies – Muhaimin akan menduduki peringkat kedua pada putaran pertama pilpres nantinya?, dan apakah akan terjadi Koalisi antara Anies – Muhaimin dengan Ganjar – Mahfud di putaran kedua dengan posisi Anies – Muhaimin berhadapan dengan Prabowo – Gibran?. Untuk saat ini, jawaban atas pertanyaan-perranyaan tersebut masih menjadi misteri.
Manggar, 14 Januari 2024
Ahad, Hari Mencuci Sedunia.